CERPEN: LANGITPUN MENANGIS (OLEH: ERICK M. SILA)
“Mungkinkan kita kan slalu bersama
Walau terbentang jarak antara kita…?”.
Demikianlah penggalan lagu dari Stinky yang juga pernah kamu kirimkan
padaku melalui sebuah pesan singkat. Aku tahu bahwa kini kita tidak
bersama-sama lagi seperti yang dulu. Jarak dan waktu telah memisahkan
kita. Aku juga tahu bahwa kamu benar-benar mencintai aku. Karena begitu
dalam dan tulus cintamu padaku sehingga kamu takut kehilangan aku.
Tetapi aku mencoba meyakinkanmu bahwa cinta yang tulus tidak akan pudar
walaupun dipisahkan oleh jarak dan waktu. Kamu selalu ada di hatiku.
Tetapi apakah kamu kuat dan sabar dengan keadaan ini? Entahlah… aku
tidak tahu. Waktulah yang akan menjawab semuanya itu.
Hari berlalu bulanpun berganti. Seperti biasanya kita melewati
hari-hari dengan saling berbagi cerita. Semuanya terasa indah dikala
kita saling terbuka. Kamu terbuka mengatakan padaku tentang perasaanmu.
Kamu mengatakan padaku bahwa aku terlalu sempurna bagimu. Aku tidak
percaya, namun itulah perasaanmu terhadap aku. Aku tidak bisah
menyangkalnya karena akupun sendiri tidak tahu tentang diriku sendiri.
Yang aku tahu tentang diriku adalah bahwa aku benar-benar mencintaimu.
Itu saja tidak lebih. Selebihnya orang lainlah yang menilai, dan
mengetahui siapa atau apa arti hadirku bagi mereka, terutama hadirku
bagimu.
Enam bulan telah berlalu. Semua kenangan pahit dan manis bersamamu
selalu terbayang di benakku. Ketika aku kangen padamu, aku mengambil
sebatang lilin dan mulai berdoa semoga Tuhan senantiasa melindungimu.
Aku juga tidak lupa menelepon kamu jika aku benar-benar tidak sibuk.
Suara manjamu adalah obat mujarab bagi rasa kangenku.
Malam itu aku mendengar suaramu begitu berbeda dari hari-hari
sebelumnya. Suaramu kedengaran begitu berat; nampaknya kamu lagi sedih.
Ternyata dugaanku benar. Aku tidak tahu mengapa kamu begitu sedih malam
ini. Ketika aku mendesakmu beberapa kali, akhirnya kamu mau mengatakan
yang sebenarnya. Kamu mengatakan padaku bahwa kamu merasa berat jika
kita terus bersama. Malam itu kamu meminta padaku agar kita mengakhiri
semua kisah kita. Jujur… aku sangat sedih mendengarnya. Tetatapi apa
boleh dikata? Aku juga tidak tahu apa yang membuatmu mengakhiri semua
dengan begitu cepat.
<script type="text/javascript">
atOptions = {
'key' : '51752c785aa7b67f3c6074bae6761893',
'format' : 'iframe',
'height' : 60,
'width' : 468,
'params' : {}
};
document.write('<scr' + 'ipt type="text/javascript" src="//www.topcreativeformat.com/51752c785aa7b67f3c6074bae6761893/invoke.js"></scr' + 'ipt>');
</script>
Padahal aku tidak pernah melakukan kesalahan yang
membuatmu kesal dan marah padaku. Tetapi di saat itu aku sadar dan aku
ingat akan apa yang pernah aku katakan padamu dulu. Aku mengatakan
padamu waktu itu bahwa aku mencintai kamu karena kamu adalah kamu.
Itulah cinta tanpa syarat. Aku iklas jika itu adalah keputusanmu. Aku
juga sadar bahwa mungkin bukan aku yang menjadi pilihan hatimu.
Langitpun menagis malam itu. Di luar hujan turun begitu deras. Saat itu
kamu menangis sehingga membuatmu tidak sanggup berbicara. Akupun
bingung mau mengatakan apa pada saat itu. Aku hanya mengatakan bahwa
jika berat bagimu mencintai aku sebagai seorang kekasih, cintailah aku
sebagaimana kamu mencintai kakak atau abang kandungmu sendiri. Itulah
yang aku katakan padamu malam itu. Tetapi kamu mengatakan padaku bahwa
itu berat buat kamu. Akan tetapi aku mencoba meyakinkanmu bahwa kamu
pasti bisah. Itulah pilihanmu jadi kamu juga harus bisah melupakan aku.
Jujur… aku mengatakan hal ini dengan berani walaupun aku sendiri harus
terluka karena keputusan itu. Ya, aku melakukan hal ini hanya agar kamu
bahagia. Aku menghargai keputusanmu untuk mengakhiri semua ini. Aku juga
tidak tahu apa sebab dari semua ini. Mungkin ada sesuatu yang kamu
sembunyikan dariku.
Kamu masih menangis sehingga aku memohon padamu untuk menghentikannya.
Aku meminta padamu untuk menenangkan diri agar kita dapat menyelesaikan
masalah ini dengan baik. Aku tidak mau kamu membenci aku gara-gara
cinta. Aneh bukan?? Ya, karena cinta itu sendiri adalah baik. Cinta
tidak boleh memaksakan kehendak pribadi. Cinta harus rela berkorban
tanpa syarat. Suatu hubungan persahabatan yang dimulai dengan cinta
harus diakhiri juga dengan cinta yakni cinta yang tidak menuntut
balasan.
Malam itu kita sampai pada suatu kesepakatan bahwa hubungan kita hanya
sebatas sahabat biasa. Tidak lebih dari itu. Sebagai kata terakhir kamu
mengucapkan terima kasih kepadaku atas peristiwa-peristiwa indah yang
pernah kita lalui bersama. Kamu mengatakan padaku bahwa kamu akan
mengenang semua itu sepanjang hidupmu.
Sebagai kata terakhir kepadamu, aku juga mengucapkan terima kasih atas
ketulusan dan perhatian yang kamu berikan padaku selama kita masih
bersama. Aku berharap persahabatan kita tetap abadi. Aku hanya meminmya
satu hal saja padamu sebagai permintaanku yang terakhir. Aku meminta
agar kamu membalas SMS-ku atau mengangkat teleponku apabila aku
menanyakan kabarmu. Kamu setuju dengan permintaanku. Oya, kamu juga
meminta padaku bahwa untuk beberapa hari ke depan, kita tidak boleh
saling kontak. Alasannya adalah bahwa biarlah kita menenangkan pikiran
kita masing-masing. Itulah yang kamu katakan padaku sebelum kamu
mematikan teleponnya.
Tidak terasah satu minggu berlalu. Jujur, satu minggu bagiku adalah
satu tahun jika tidak ada kabar dari kamu. Aku kangen padamu. Aku kangen
dengar suaramu. Apakah kamu juga merasakan hal yang sama seperti aku?
Aku merasah bahwa kamu masih seperti yang dulu bagiku. Ya., apa boleh
buat, karena semua itu terjadi bukanlah kesalahanku dan bukan juga
keputusanku. Jadi jujur saja aku tidak merasa kehilangan kamu sama
sekali. Kamu masih ada di hatiku seperti yang dulu. Tetapi walaupun
demikian, aku mencoba untuk tidak menanyakan kabar kamu. Aku tahu bahwa
hal itu hanya membuat aku menderita tetapi aku juga tidak mau berharap
lebih. Itulah janji yang harus aku tepati. Memang benar bahwa semakin
keras kita menjaga hubungan, semakin sukar juga bagi kita untuk
melupakannya.
Satu bulan telah berlalu. Dalam setiap pesan singkat yang kamu kirimkan
padaku, kamu selalu mengatakan bahwa kamu kangen padaku. Aku akui itu
karena aku sendiri telah membuktikannya. Akan tetapi, kemarin kamu
mengatak kepadaku bahwa kamu telah mempunyai kekasih yang baru. Kamu
mengatakan padaku bahwa hubungan kamu bersamanya sudah sejak satu bulan
yang lalu. Ketika mendengar itu aku senang, tetapi juga sedih karena
perhatianmu akan berkuarang buat aku. Perhatianmu padaku tidak akan
seperti yang dulu lagi.
Aku masih ingat ketika kamu mengatakan hal itu padaku. Kamu bertanya
padaku apakah aku sakit hati mendegar hal itu? Tidak. Aku tidak sakit
hati dan juga tidak marah padamu. Aku malah senang karena kamu telah
menemukan kekasih hatimu yang baru yang mungkin lebih baik dari aku. Aku
akui bahwa aku bukanlah siapa-siapa di matamu.
Kamu juga mengatakan padaku waktu itu bahwa sayangmu padaku lebih besar
dari pada untuk dia. Huuuft… aku menarik nafas panjang ketika mendengar
itu. Aku bertanya pada diriku, “mengapa kamu begitu sayang kepadaku?”,
padahal kita tidak memiliki hubungan apa-apa lagi selain sebagai sahabat
biasa. Tetapi aku bersyukur atas semuanya itu. Itu semua adalah
anugerah dari cinta terindah. Terima kasih sabatku, terima kasih cinta.
Terima kasih karena kamu mau mencintai aku dengan tulus sebagai
sahabatmu. Semoga persahabatan kita bertahan selama-lamanya. Kamu adalah
yang terbaik bagiku.
DARI SEMUA HAL YANG DIANUGERAHKAN OLEH KEBIJAKSANAAN TIDAK ADA YANG LEBIH BESAR DAN LEBIH BAIK DARIPADA PERSAHABATAN (Pietro Aretino)
DARI SEMUA HAL YANG DIANUGERAHKAN OLEH KEBIJAKSANAAN TIDAK ADA YANG LEBIH BESAR DAN LEBIH BAIK DARIPADA PERSAHABATAN (Pietro Aretino)
<script type='text/javascript' src='//pl22031956.toprevenuegate.com/2c/db/02/2cdb02a5706a7bbeb185b0e9ecee749e.js'></script>
Komentar
Posting Komentar